NAMA
DOSEN : Agustina A. Manty, SKM
MTK
: Keperawatan Maternitas
!["ATONIA UTERI"](file:///C:/DOCUME~1/Aiechy/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
![](file:///C:/DOCUME~1/Aiechy/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg)
OLEH :
KELOMPOK 5
![*](file:///C:/DOCUME~1/Aiechy/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/DOCUME~1/Aiechy/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/DOCUME~1/Aiechy/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/DOCUME~1/Aiechy/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/DOCUME~1/Aiechy/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/DOCUME~1/Aiechy/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/DOCUME~1/Aiechy/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/DOCUME~1/Aiechy/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
UPTD
AKPER ANGING MAMMIRI
PROVINSI
SULAWESI SELATAN
MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada peyusun sehingga
makalah kami yang berjudul ”ASKEP ATONIA UTERI)” dapat diselesaikan sesuai
dengan rencana.
Dalam
penyelesaian makalah ini penyusun mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen. selaku dosen
pembimbing mata kuliah keperawatan maternitas, juga kepada teman-teman yang
telah memberikan dukungan serta semua pihak yang membantu penyusun.
Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penyusun
menerima saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan. Atas saran dan
kritiknya, penyusun ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar,
24 maret 2013
KELOMPOK 5
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ……………………………………………………………………….
i
DAFTAR ISI
………………………………………………………………………….……... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang …………………………………………………………………………....
1
B.
Rumusan
Masalah …………………………………………………………....................... 1
C.
Tujuan
Makalah ………………………………………………………………………...…
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ……………………………………………………………………..…….. 3
B. Etiologi ………………………………………………………………………..…….. 3
C. Manifestasi Klinis ……………………………………………………........................ 4
D. Diagnosis ……………….……………………………………………………….….... 5
E. Pencegahan ……….……………………………………………………….………..... 5
F.
Langkah
Peatalaksanaan …………………………………………………………..….
6
G. Penanganan …………………………………………………………………………... 13
-
Umum
………………………………………………………………………….…. 13
-
Khusus
……………………………………………………………………........ 13
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
…………………………………………………………………………….. 15
B.
Saran
…………………………………………………………………………………… .15
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………...................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adapun
yang melatarbelakangi makalah ini yang membahas mengenai “ Atonia Uteri” adalah
agar kita dapat mengetahui apa itu atonia uteri dan bagaimana cara
penatalaksanaan pada atonia uteri. Makalah ini dibuat agar mahasiswa lebih
memahami lagi tentang pengertian, penyebab, dan cara penanganan atonia uteri.
Atonia
uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum.
Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah
melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan
Pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium
yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi
plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak
berkontraksi
Atonia
Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila
ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta
menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tentang
pengertian atonia uteri
2. Menjelaskan factor penyebab
terjadinya atonia uteri
3. menjelaskan tanda dan gejala
terjadinya atonia uteri
4. Menjelaskan cara penanganan
atau penatalaksanaan atonia uteri
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan
memahami tentang atonia uteri
2. Menambah
pengetahuan tentang atonia uteri
3. Dapat mengetahui mengenai
pengertian, etiologi, factor penyebab, dan juga penatalaksanaan atonia uteri.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Atonia
uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan pemijatan fundus uteri(plasenta telah lahir).
Atonia
uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot myometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek.
Atonia
Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila
ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta
menjadi tidak terkendali.
Batasan: Atonia
uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.
B.
Penyebab
Beberapa
faktor Predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca persalinan yang
disebabkan oleh Atonia Uteri, diantaranya adalah :
1. Uterus membesar lebih dari normal
selama kehamilan, diantaranya :
Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
Kehamilan gemelli
Janin besar (makrosomia)
2. Kala satu atau kala 2
memanjang
3. Persalinan cepat (partus presipitatus)
4. Persalinan yang diinduksi
atau dipercepat dengan oksitosin
5. Infeksi intrapartum
6. Multiparitas tinggi
7. Magnesium sulfat yang digunakan
untuk mengendalikan kejang pada preeklamsia atau eklamsia.
8. Umur yang terlalu tua atau
terlalu muda(<20 tahun dan >35 tahun)
Atonia
Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan
memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta,
sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.
C. Manifestasi
Klinis
1. Uterus tidak berkontraksi
dan lembek
2. Perdarahan segera setelah
anak lahir (post partum primer)
Tanda dan gejala atonia uteri
1. perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan
darah tidak merembes. Peristiwa sering terjadi pada kondisi ini adalah darah
keluar disertai gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi
sebagai anti pembeku darah
2. konsistensi rahim lunak
Gejala
ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan
penyebab perdarahan yang lainnya
3. fundus uteri
naik
4. terdapat tanda-tanda syok
a. nadi
cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b. tekanan darah
sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. pucat
d. keriangat/
kulit terasa dingin dan lembap
e. pernafasan
cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
f. gelisah,
binggung atau kehilangan kesadaran
g. urine yang
sedikit ( < 30 cc/
jam)
D.
Diagnosis
Diagnosis ditegakan bila setelah
bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak,
bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau
lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia
uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc
yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus
dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti.
E.
Pencegahan
Pemberian
oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum
lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai
terapi. Manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam
persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.
Kegunaan
utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan
tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti
ergometrin.Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah
atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin
setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV
bonus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.
Analog sintetik oksitosin, yaitu
karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk mencegah dan
mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan
onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin
4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin
bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif
dibanding oksitosin.
F.
Langkah-langkah Penatalaksanaan
Banyaknya darah yang hilang akan
mempengaruhi keadaan umum pasien. Pasien bisa masih dalam keadaaan sadar,
sedikit anemis, atau sampai syok berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus
dilakukan tergantung pada keadaaan klinisnya.
NO
|
Langkah penatalaksanaan
|
Alasan
|
1
|
Masase fundus uteri segera setelah
lahirnya plasenta(maksimal 15 detik)
|
Masase merangsang kontraksi uterus.
Saat dimasase dapat dilakukan penilaia kontraksi uterus
|
2
|
Bersihkan bekuan darah adan
selaput ketuban dari vaginadan lubang servik
|
Bekuan darah dan selaput ketuban
dalam vagina dan saluran serviks akan dapat menghalang kontraksi uterus
secara baik.
|
3
|
Pastikan bahwa kantung kemih
kosong,jika penuh dapat dipalpasi, lakukan kateterisasi menggunakan
teknik aseptic
|
Kandung kemih yang penuh akan
dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik.
|
4
|
Lakukan Bimanual Internal
(KBI) selama 5 menit
|
Kompresi bimanual internal
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterusdan juga
merangsang miometrium untuk berkontraksi.
|
5
|
Anjurkan keluarga untuk mulai
membantu kompresi bimanual eksternal
|
Keluarga dapat meneruskan kompresi
bimanual eksternal selama penolong melakukan langkah-langkah selanjutnya
|
6
|
Keluarkan tangan perlahan-lahan
|
Menghindari rasa nyeri
|
7
|
Berikan ergometrin 0,2 mg IM
(kontraindikasi hipertensi) atau misopostrol 600-1000 mcg
|
Ergometrin dan misopostrol akan
bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus
|
8
|
Pasang infus menggunakan jarum 16
atau 18 dan berikan 500cc ringer laktat + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc
pertama secepat mungkin
|
Jarum besar memungkinkan pemberian
larutan IV secara cepat atau tranfusi darah. RL akan membantu memulihkan
volume cairan yang hilang selama perdarahan.oksitosin IV akan cepat
merangsang kontraksi uterus.
|
9
|
Ulangi kompresi bimanual internal
|
KBI yang dilakukan bersama dengan
ergometrin dan oksitosin atau misopostrol akan membuat uterus berkontraksi
|
10
|
Rujuk segera
|
Jika uterus tidak
berkontaksiselama 1 sampai 2 menit, hal ini bukan atonia sederhana. Ibu
membutuhkan perawatan gawat darurat di fasilitas yang mampu melaksanakan
bedah dan tranfusi darah
|
11
|
Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Teruskan melakukan KBI
|
Kompresi uterus ini memberikan
tekanan langung pada pembuluh darah dinding uterus dan merangsang uterus
berkontraksi
|
12
|
Lanjutkan infus RL +20 IU
oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju 500 cc/ jam sehingga menghabiskan 1,5
I infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup,
berikan 500 cc yang kedua dengan kecepatan sedang dan berikan minum untuk
rehidrasi
|
RL dapat membantu memulihkan
volume cairan yang hilang akibat perdarahan. Oksitosin dapat merangsang
uterus untuk berkontraksi.
|
Atonia
uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum.
Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah
melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.
Perdarahan
pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium
yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi
plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut
tidak berkontraksi.
Manajemen Atonia Uteri (
Penatalaksanaan)
1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan pospartum
banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian
cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, dan
monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu
dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
2. Masase dan kompresi
bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan
menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan.Pemijatan
fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik),Jika uterus berkontraksi maka
lakukan evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung,
periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau
rujuk segera
Jika
uterus tidak berkontraksi maka :
Bersihkanlah
bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang serviks. Pastikan bahwa
kandung kemih telah kosong,Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
Jika
uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan
perlahan-lahan dan pantau kala empat
dengan ketat.
Jika
uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan
kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan
ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus
menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin.
Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi KBI
Jika uterus berkontraksi,
pantau ibu dengan seksama selama kala empat
Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera
4. pemberian Uterotonika
Oksitosin merupakan hormon sintetik
yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis.Obat ini menimbulkan kontraksi
uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan
timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi
dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani.
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan
lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa
diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian
oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain
yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
Metilergonovin
maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan tetani uteri
setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang
setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung
pada miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal
dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan
nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan
hipertensi.
Uterotonika
prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil prostaglandin F2alfa.Dapat diberikan
secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous,
intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat
diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal
dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g).
Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan
efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala,
hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga
pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka
kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal
temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Uterotonika ini
tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan
disfungsi hepatik. Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan
sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan
prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan
atonia uteri dengan angka kesuksesan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini
sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan
penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi perdarahan masif yang terjadi.
5. Operatif
Beberapa penelitian tentang ligasi
arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini
dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping uterus setinggi batas
atas segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah
irisan segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang
besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi
dengan melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar
di bagian avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan
ligasi hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden
arteri miometrium, untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium.
Jahitan kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika
terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria,
ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm dibawah
ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar cabang
arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina yang menuju
ke servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan bilateral
atau unilateral ligasi vasa ovarian.
6.Ligasi arteri Iliaka
Interna
Identiffikasi bifurkasiol arteri
iliaka, tempat ureter menyilang, untuk melakukannya harus dilakukan insisi 5-8
cm pada peritoneum lateral paralel dengan garis ureter. Setelah peritoneum
dibuka, ureter ditarik ke medial kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal
bifurkasio iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri, dan
dengan menggunakan benang non absobable dilakukan dua ligasi bebas berjarak
1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna. Identifikasi denyut arteri
iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan sebelum dan sesudah ligasi.Risiko
ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan
perdarahan. Dalam melakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu
dan kondisi pasien.
Teknik B-Lynch
Teknik B-Lynch dikenal juga dengan
“brace suture”, ditemukan oleh Christopher B Lynch 1997, sebagai tindakan
operatif alternative untuk mengatasi perdarahan pospartum akibat atonia uteri.
7. Histerektomi
Histerektomi peripartum merupakan
tindakan yang sering dilakukan jika terjadi perdarahan pospartum masif yang
jmembutuhkan tindakan operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran,
dan lebih banyak terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.
8. Kompresi bimanual atonia
uteri
Peralatan : sarung tangan steril;
dalam keadaan sangat gawat; lakukan dengan tangan telanjang yang telah dicuci.
Teknik :
Basuh genetalia eksterna dengan
larutan disinfektan; dalam kedaruratan tidak diperlukan
1. Eksplorasi dengan tangan kiri
Sisipkan tinju kedalam forniks
anterior vagina
1. Tangan kanan (luar) menekan
dinding abdomen diatas fundus uteri dan menangkap uterus dari belakang atas
2. Tangan dalam menekan uterus
keatas terhadap tangan luar
Ia tidak hanya menekan uterus,
tetapi juga meregang pembuluh darah aferen sehingga menyempitkan
lumennya.Kompresi uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu
10-15 menit.Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering
menghentikan perdarahan secara sempurna.
G. Penanganan
Penanganan Umum
1. Mintalah Bantuan. Segera
mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
2. Lakukan pemeriksaan
cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital(TNSP).
3. Jika dicurigai adanya
syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok tidak terlihat, ingatlah
saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk dengan
cepat.
4. Jika terjadi syok,
segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan pemberian cairan cepat, Pemeriksaan
golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
5. Pastikan bahwa kontraksi
uterus baik:
· lakukan pijatan uterus untuk
mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap
di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif. berikan 10 unit oksitosin IM
· Lakukan
kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.
· Periksa kelengkapan plasenta
Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina, dan perineum.
· Jika
perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
Setelah perdarahan
teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadarHemoglobin:
· Jika
Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%( anemia berat):berilah
sulfas ferrosus 600 mg atau ferous
fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;
· Jika Hb
7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6
bulan;
Penanganan Khusus
1.
Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia
uteri.
2.
Teruskan pemijatan uterus.Masase uterus akan menstimulasi
kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan.
3.
Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau
berurutan
4.
Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus
berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum /
vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
5.
Jika uterus tidak berkontraksi maka
:Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium
serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong
Antisipasi
dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan. Jika
perdarahan
terus berlangsung:
Pastikan
plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal
atau robeknya membran dengan pembuluh darahnya),
keluarkan sisa plasenta tersebut.Lakukan uji pembekuan darah sederhana.
Kegagalan
terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan
adanya koagulopati.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut
diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut:
1.
Atonia uteri adalah kegagalan mekanisme akibat gangguan miometrium atau
uterus tidak berkontraksi secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh
darah ditempat implantasi placenta tidak dapat dihentikan sehingga perdarahan
menjadi tidak terkendali.
2.
Beberapa faktor penyebab atonia uteri yaitu;
o
Faktor yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan termasuk polihydramnion,
kehamilan gemeli dan janin besar (makrosomia).
o
Kala I dan/atau II persalinan yang memanjang.
o
Persalinan cepat.
o
Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosyn (augmentasi)
o
Infeksi intra partum
o
Multiparitas tinggi atau grandemultipara.
B. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah “Atonia Uteri” ini kita
sebagai Mahasiswa Keperawatan memiliki pengetahuan dalam menangani persalinan serta
dapat memberikan penyuluhan kepada ibu hamil agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
☺ Hartanto, Dr.Hanafi . 2004. Keluarga Berencana & kontrasepsi.
☺ Prof.Dr.Abdul Bari
Sarifudin,SPOG,dkk.2006. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Penerbit FKUI.Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar