Minggu, 21 Oktober 2012

ASUHAN KEPERAWATAN "DEMAM TYPOID"


NAMA DOSEN : Safrianto Arjuni, S.Kep., Ns.
MTK                : Keperawatan Medical Bedah I (KMB I)
              KELAS             : II. D
DEMAM TYPOID

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
                        ☻Wihda Rusdi                                ☺ Ratna
                        ☺A. Uga                                           ☺ Haryeni
                        ☺Desi Reskyamal Susanti            ☺ Siti Maryam Nusriadi
                        ☺Netti Anastasia                           ☺ Karmila
                        ☺Intan Permatasati                      ☺ Hardiantih
                        ☺Riswanto

UPTD AKPER ANGING MAMMIRI
PROPINSI SULAWESI SELATAN
MAKASSAR
2012




KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas limpahan-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabiullah SAW. Kami menyadari bahwa dengan selesainya tugas ini tidak terlepas dari berbagai belah pihak terutama Dosen Pembimbing dan teman seperjuangan. Olehnya itu terimah kasih kami ucapkan yang setinggi-tinggi kepada Beliau.

Sebagai manusia biasa tentulah dalam penyusunan tugas ini terdapat berbagai kekurangan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari untuk itu penyusun dengan lapang dada siap menerima kritikan dan saran dari berbagai belah pihak yang telah membaca tugas ini, demi penyempurnaan dalam tulisan ini.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penyusun.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh




                                                                                    Makassar, `13 oktober 2012



                                                                                                KELOMPOK II






DAFTAR ISI





v  KATA PENGANTAR 
v  DAFTAR ISI
v  BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang…………………………………………………………………....1
B.     Rumusan Masalah………………………………………………………………...1
C.     Tujuan Penulisan……………………………………………………………….....1
v  BAB II PEMBAHASAN
I.       KONSEP MEDIS
A.     Pengertian …………..…………………………….…..………………………......2
B.     Etiologi  ……………………………………………………..................................2
C.     Patofisiologi …………………………………………………………………….....2
D.     Manifestasi Klinis ………………………………………………………..…….....3
E.     Pemeriksaan Diagnostik………….………………………………………….…...4
F.      Penatalaksanaan Medis…………..……………………..………………………..4
G.    Prognosis…………………………………………………………………………...5
H.    Komplikasi …………………………………………………………………..….....5
II.    KONSEP PERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM TIPOID
A.     Pengkajian………………………………………………………………………....6
B.     Diagnose Keperawatan…………………………………………………………...6
C.     Perencanaan ……………………………………………………………………....6
DISCHARGE PLANNING…………………………………………………….....7
D.     Evaluasi …………………………………………………………………………....8
v  BAB III PENUTUP
A.     Kesimpilan….………………………………….………………...…………..........9
B.     Kritik dan Saran …………………………………………….……..…………......9
v  DAFTAR PUSTAKA………………………..………….……...……………………….....10







BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. Penyakit ini termasuk  penyakit endemik di Indonesia, ada 2 sumber penularan-penularan dan typi yaitu pasien dengan typhoid dan yang lebih sering disenut Carie. Sumber penularannya dapat melalui makanan, air yang tercemar dan tinja. Penyakit ini umumnya berkembang di daerah tropis dan tidak tergantung musim serta tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam insidensi.
Salmonella typhi/Eberthela Thyposa merupakan kuman negative yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dirumuskan masalah umum makalah ini sebagai berikut :
1.      Apakah pengertian Demam Typoid?
2.      Apakah yang menyebabkan terjadinya penyakit Demam Typoid?
3.      Bagaimana patofisiologis penyakit Demam Typoid?
4.      Bagaimana tanda dan gejala penyakit Demam Typoid?
5.      Bagaimana cara menangani penyakit Demam Typoid?
6.      Bagaimana prognosis dan komplikasi penyakit Demam Typoid?
7.      Bagaimana Asuhan Keperawatan penyakit Demam Typoid?

C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan makalah ini adalah:
1.   Untuk mengetahui pengertian Demam Typoid
2.   Untuk mengetahui penyebab penyakit Demam Typoid
3.   Untuk mengetahui patofisiologis penyakit Demam Typoid
4.   Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit Demam Typoid
5.   Untuk mengetahui cara penanganan penyakit Demam Typoid
6.   Untuk mengetahui prognosis dan komplikasi penyakit Demam Typoid
7.   Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan penyakit Demam Typoid





BAB II
PEMBAHASAN

I.                   KONSEP MEDIS
A.  PENGERTIAN
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. Penyakit ini termasuk  penyakit endemik di Indonesia, ada 2 sumber penularan-penularan dan typi yaitu pasien dengan typhoid dan yang lebih sering disenut Carie. Sumber penularannya dapat melalui makanan, air yang tercemar dan tinja. Penyakit ini umumnya berkembang di daerah tropis dan tidak tergantung musim serta tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam insidensi
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

B. ETIOLOGI

Salmonella typhi/Eberthela Thyposa merupakan kuman negative yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)

C. PATOFISIOLOGIS
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.
Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih, terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang meningkat.
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
Sejalan dengan  perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan gambaran ‘anak tangga’. Menjelang akhir minggu pertama, pasien menjadi bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose,)

Gambaran klinik tifus abdominalis

Keluhan:
- Nyeri kepala (frontal)                                             100%
- Kurang enak di perut                                              ³50%
- Nyeri tulang, persendian, dan otot                           ³50%
- Berak-berak                                                          £50%
- Muntah                                                                 £50%

Gejala:
- Demam                                                                 100%
- Nyeri tekan perut                                                    75%
- Bronkitis                                                                 75%
- Toksik                                                                    >60%
- Letargik                                                                  >60%
- Lidah tifus (“kotor”)                                                40%
                                                                                (Sjamsuhidayat,1998)

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2.      Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus
3.      Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:
·      Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh             bakteri
·      Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela           bakteri
·      Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter.

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

a.  Perawataan
Ä  Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
Ä  Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan   pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet.
J  Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
J  Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
J  Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
J  Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan.
1.         Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas
2.          Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3.         Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)
4.         Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
5.         Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari
6.         Golongan Fluorokuinolon
·            Norfloksasin                    : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
·            Siprofloksasin                  : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
·            Ofloksasin                       : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
·            Pefloksasin                      : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
·            Fleroksasin                      : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
7.         Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001)

G. PROGNOSIS        
            Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi salmonella.


H. KOMPLIKASI

Perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati, bronkopneumonia, hepatitis. (Arif mansjoer & Suprohaitan 2000)
Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10% penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut jantung.Pneumonia sering ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali sebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain selain Salmonella. Pielonefritis, endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita hemoglobinopati. (Behrman Richard,)





II.    KONSEP PERAWATAN      
 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM TIPOID

A.     PENGKAJIAN
1.   Identitas
2.   Riwayat keperawatan
3.   Pemeriksaan fisik; pemeriksaan diagnostic dan hasil
4.   Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.   Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung
3.   Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh

C.     PERENCANAAN
1.      Mempertahankan suhu dalam batas normal
·         Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia
·         Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan
·         Berri minum yang cukup
·         Berikan kompres air biasa
·         Lakukan tepid sponge (seka)
·         Pakaian (baju) yang tipis dan menyerap keringat
·         Pemberian obat antipireksia
·         Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat
2.      Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan
·         Menilai status nutrisi anak
·         Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
·         Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
·         Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
·         Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama
·         Mempertahankan kebersihan mulut anak
·         Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
·         Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak
3.      Mencegah kurangnya volume cairan
·         Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap 4 jam
·         Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak elastis,  ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, memberan mukosa kering, bibir pecah-pecah
·         Mengobservasi dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
·         Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
·         Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible Water Loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid sponge
·         Memberikan antibiotik sesuai program (Suriadi & Rita Y, 2001)

DISCHARGE PLANNING
1.      Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah defekasi
2.      Mereka yang diketahui sebagai karier dihindari  untuk mengelola makanan
3.      Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman.
4.      Penderita memerlukan istirahat
5.      Diit lunak yang tidak merangsang dan rendah serat (Samsuridjal D dan Heru S, 2003)
6.      Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
7.      Jelaskan terapi yang diberikan: dosis, dan efek samping
8.      Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut
9.      Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan.(Suriadi & Rita Y, 2001)

D.     Evaluasi
Berdasarkan perencanaan dan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.





BAB III
PENUTUP


A.     Kesimpulan
Demam Typoid merupakan suatu infeksi abdomen dan merupakan penyakit menular akibat kuman Salmonella typhi/Eberthela yang merupakan kuman negative yang penyebarannya melalui mulut oleh air dan makanan yang tercemar dan tinja.

B.     Kritik dan Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah “Kebutuhan Medical Bedah I (KMB I)” ini kita sebagai Mahasiswa Keperawatan yang nanti akan bergelut di dunia Kesehatan bisa lebih meningkatkan pola hidup sehat dan makanan yang bergizi dan tidak terkontaminasi oleh kuman negative serta dapat memberikan penyuluhan kepada Masyarakat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


DAFTAR PUSTAKA

Ä  Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.
Ä  Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.
Ä  Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.
Ä  Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta. 2002.
Ä  Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta. 2001.
Ä  Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar