NAMA
DOSEN : Safrianto Arjuni, S.Kep., Ns.
MTK : Keperawatan Medical Bedah I (KMB I)
KELAS : II. D
“DEMAM TYPOID”
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK II
☻Wihda Rusdi ☺
Ratna
☺A. Uga ☺ Haryeni
☺Desi Reskyamal Susanti ☺ Siti Maryam Nusriadi
☺Netti Anastasia ☺
Karmila
☺Intan Permatasati ☺ Hardiantih
☺Riswanto
UPTD
AKPER ANGING MAMMIRI
PROPINSI
SULAWESI SELATAN
MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
limpahan-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, Salawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabiullah SAW. Kami menyadari bahwa
dengan selesainya tugas ini tidak terlepas dari berbagai belah pihak terutama
Dosen Pembimbing dan teman seperjuangan. Olehnya itu terimah kasih kami ucapkan
yang setinggi-tinggi kepada Beliau.
Sebagai manusia biasa tentulah dalam
penyusunan tugas ini terdapat berbagai kekurangan, baik yang disadari maupun yang
tidak disadari untuk itu penyusun dengan lapang dada siap menerima kritikan dan
saran dari berbagai belah pihak yang telah membaca tugas ini, demi
penyempurnaan dalam tulisan ini.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penyusun.
Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar,
`13 oktober 2012
KELOMPOK
II
DAFTAR
ISI
v KATA PENGANTAR
v DAFTAR ISI
v BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang…………………………………………………………………....1
B.
Rumusan
Masalah………………………………………………………………...1
C.
Tujuan
Penulisan……………………………………………………………….....1
v BAB II PEMBAHASAN
I. KONSEP MEDIS
A. Pengertian
…………..…………………………….…..………………………......2
B. Etiologi
……………………………………………………..................................2
C. Patofisiologi …………………………………………………………………….....2
D. Manifestasi Klinis
………………………………………………………..…….....3
E. Pemeriksaan Diagnostik………….………………………………………….…...4
F. Penatalaksanaan Medis…………..……………………..………………………..4
G. Prognosis…………………………………………………………………………...5
H. Komplikasi …………………………………………………………………..….....5
II. KONSEP PERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
DEMAM TIPOID
A. Pengkajian………………………………………………………………………....6
B. Diagnose
Keperawatan…………………………………………………………...6
C. Perencanaan
……………………………………………………………………....6
DISCHARGE PLANNING…………………………………………………….....7
D. Evaluasi …………………………………………………………………………....8
v BAB III PENUTUP
A. Kesimpilan….………………………………….………………...…………..........9
B. Kritik dan Saran …………………………………………….……..…………......9
v DAFTAR
PUSTAKA………………………..………….……...……………………….....10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Demam
typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. Penyakit ini termasuk penyakit endemik di Indonesia, ada 2 sumber
penularan-penularan dan typi yaitu pasien dengan typhoid dan yang lebih sering
disenut Carie. Sumber penularannya dapat melalui makanan, air yang tercemar dan
tinja. Penyakit ini umumnya berkembang di daerah tropis dan tidak tergantung
musim serta tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam insidensi.
Salmonella typhi/Eberthela
Thyposa merupakan kuman negative yang menyebabkan infeksi invasif
yang ditandai oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi
yang dapat terjadi antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan
kematian
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar
belakang masalah yang telah dikemukakan, dirumuskan masalah umum makalah ini
sebagai berikut :
1.
Apakah
pengertian Demam Typoid?
2.
Apakah
yang menyebabkan terjadinya penyakit Demam Typoid?
3.
Bagaimana
patofisiologis penyakit Demam Typoid?
4.
Bagaimana
tanda dan gejala penyakit Demam Typoid?
5.
Bagaimana
cara menangani penyakit Demam Typoid?
6.
Bagaimana
prognosis dan komplikasi penyakit Demam Typoid?
7.
Bagaimana
Asuhan Keperawatan penyakit Demam Typoid?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai
penulis dalam penyusunan makalah ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui pengertian Demam Typoid
2.
Untuk
mengetahui penyebab penyakit Demam Typoid
3.
Untuk
mengetahui patofisiologis penyakit Demam Typoid
4.
Untuk
mengetahui tanda dan gejala penyakit Demam Typoid
5.
Untuk
mengetahui cara penanganan penyakit Demam Typoid
6.
Untuk
mengetahui prognosis dan komplikasi penyakit Demam Typoid
7.
Untuk
mengetahui Asuhan Keperawatan penyakit Demam Typoid
BAB II
PEMBAHASAN
I.
KONSEP MEDIS
A.
PENGERTIAN
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut usus
halus. Penyakit ini termasuk penyakit
endemik di Indonesia, ada 2 sumber penularan-penularan dan typi yaitu pasien
dengan typhoid dan yang lebih sering disenut Carie. Sumber penularannya dapat
melalui makanan, air yang tercemar dan tinja. Penyakit ini umumnya berkembang
di daerah tropis dan tidak tergantung musim serta tidak ada perbedaan jenis
kelamin dalam insidensi
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat
akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial
yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal
ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Tifus
abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala,
kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari
limpa/hati/kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)
B.
ETIOLOGI
Salmonella typhi/Eberthela Thyposa merupakan kuman negative yang menyebabkan infeksi invasif yang
ditandai oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang
dapat terjadi antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian.
(Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
C. PATOFISIOLOGIS
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa
kuman/karier.
Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat
menyebarkan kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa
dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat
dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan
kotoran (sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14
hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang
tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis.
(Soegeng soegijanto, 2002)
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih
bervariasi dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada
anak lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu
minggu/lebih, terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada
umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare,
konstipasi, serta suhu badan yang meningkat.
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi
makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa,
perut kembung, bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah
tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di bagian
ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
Sejalan dengan
perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan gambaran ‘anak
tangga’. Menjelang akhir minggu pertama, pasien menjadi bertambah toksik.
(Vanda Joss & Stephen Rose,)
Gambaran
klinik tifus abdominalis
Keluhan:
- Nyeri
kepala (frontal) 100%
- Kurang enak
di perut ³50%
- Nyeri
tulang, persendian, dan otot ³50%
- Berak-berak £50%
- Muntah £50%
Gejala:
- Demam 100%
- Nyeri tekan
perut 75%
- Bronkitis 75%
- Toksik >60%
- Letargik >60%
- Lidah tifus
(“kotor”) 40%
(Sjamsuhidayat,1998)
E. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula
leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun
tanpa disertai infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat,
tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak
memerlukan penanganan khusus
3. Pemeriksaan Uji Widal
Uji
Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella
typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka
penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:
· Aglutinin O: karena rangsangan
antigen O yang berasal dari tubuh bakteri
· Aglutinin H: karena rangsangan
antigen H yang berasal dari flagela bakteri
· Aglutinin Vi: karena rangsangan
antigen Vi yang berasal dari simpai bakter.
Dari
ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk
diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan
menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)
F.
PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Perawataan
Ä Klien
diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
Ä Mobilisasi
bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet.
J Diet
yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
J Pada
penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
J Setelah
bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
J Dilanjutkan
dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan.
1.
Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral
atau intravena, sampai 7 hari bebas panas
2.
Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg
per hari.
3.
Kortimoksazol.
Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg
trimetoprim)
4.
Ampisilin
dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
5.
Sefalosporin
Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam
per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari
6.
Golongan
Fluorokuinolon
·
Norfloksasin
: dosis 2 x 400 mg/hari
selama 14 hari
·
Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama
6 hari
·
Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari
selama 7 hari
·
Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari
selama 7 hari
·
Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari
selama 7 hari
7.
Kombinasi
obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid
toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering
ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi.
(Widiastuti S, 2001)
G. PROGNOSIS
Prognosis demam tifoid tergantung
dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi
salmonella.
H. KOMPLIKASI
Perdarahan usus,
peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati, bronkopneumonia, hepatitis.
(Arif mansjoer & Suprohaitan 2000)
Perforasi usus terjadi pada 0,5-3%
dan perdarahan berat pada 1-10% penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi
terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu
tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut jantung.Pneumonia sering
ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali sebagai akibat
superinfeksi oleh organisme lain selain Salmonella. Pielonefritis,
endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi
pada hospes normal. Arthritis septik dan osteomielitis lebih sering terjadi
pada penderita hemoglobinopati. (Behrman Richard,)
II.
KONSEP PERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM
TIPOID
A. PENGKAJIAN
1.
Identitas
2.
Riwayat
keperawatan
3.
Pemeriksaan
fisik; pemeriksaan diagnostic dan hasil
4.
Kaji
adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri
kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
2.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan,
mual, dan kembung
3.
Risiko
kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan, dan
peningkatan suhu tubuh
C.
PERENCANAAN
1.
Mempertahankan suhu dalam batas
normal
·
Kaji
pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia
·
Observasi
suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan
·
Berri
minum yang cukup
·
Berikan
kompres air biasa
·
Lakukan
tepid sponge (seka)
·
Pakaian
(baju) yang tipis dan menyerap keringat
·
Pemberian
obat antipireksia
·
Pemberian
cairan parenteral (IV) yang adekuat
2.
Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan
cairan
·
Menilai
status nutrisi anak
·
Ijinkan
anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
·
Berikan
makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas
intake nutrisi
·
Menganjurkan
kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi
sering
·
Menimbang
berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama
·
Mempertahankan
kebersihan mulut anak
·
Menjelaskan
pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
·
Kolaborasi
untuk pemberian makanan melalui parenteral jika pemberian makanan melalui oral
tidak memenuhi kebutuhan gizi anak
3.
Mencegah kurangnya volume cairan
·
Mengobservasi
tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap 4 jam
·
Monitor
tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, memberan
mukosa kering, bibir pecah-pecah
·
Mengobservasi
dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
·
Memonitor
pemberian cairan melalui intravena setiap jam
·
Mengurangi
kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible Water Loss/IWL) dengan
memberikan kompres dingin atau dengan tepid sponge
·
Memberikan
antibiotik sesuai program (Suriadi & Rita Y, 2001)
DISCHARGE PLANNING
1. Penderita harus dapat diyakinkan cuci
tangan dengan sabun setelah defekasi
2. Mereka yang diketahui sebagai karier
dihindari untuk mengelola makanan
3. Lalat perlu dicegah menghinggapi
makanan dan minuman.
4. Penderita memerlukan istirahat
5. Diit lunak yang tidak merangsang dan
rendah serat (Samsuridjal D dan Heru S, 2003)
6. Berikan informasi tentang kebutuhan
melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
7. Jelaskan terapi yang diberikan:
dosis, dan efek samping
8. Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan
penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut
9. Tekankan untuk melakukan kontrol
sesuai waktu yang ditentukan.(Suriadi & Rita Y, 2001)
D.
Evaluasi
Berdasarkan perencanaan dan implementasi
yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk klien dengan gangguan
sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan
terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan
keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Demam Typoid merupakan
suatu infeksi abdomen dan merupakan penyakit menular akibat kuman Salmonella
typhi/Eberthela yang merupakan kuman negative yang penyebarannya
melalui mulut oleh air dan makanan yang tercemar dan tinja.
B.
Kritik dan Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah “Kebutuhan Medical
Bedah I (KMB I)” ini kita sebagai Mahasiswa Keperawatan yang nanti akan
bergelut di dunia Kesehatan bisa lebih meningkatkan pola hidup sehat dan
makanan yang bergizi dan tidak terkontaminasi oleh kuman negative serta dapat
memberikan penyuluhan kepada Masyarakat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ä Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika
W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI
Jakarta. 2000.
Ä Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku
Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta. 2001.
Ä Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi
Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.
Ä Soegeng Soegijanto. Ilmu
Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta.
2002.
Ä Suriadi & Rita Yuliani. Buku
Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. CV
Sagung Seto. Jakarta. 2001.
Ä Widiastuti Samekto. Belajar
Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang. 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar