NAMA DOSEN : Akhyar
Nur, S.Kep., Ns.
MTK : Keperawatan Anak
KELAS
: II. D
“PENYAKIT
LEUKEMIA”
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK
1
♥ Wihda Rusdi ♥ Yenilawati
♥
Clara dewi Anggraini ♥ Jusnia
♥
Zakia Drajad Asmi ♥ Dwi Nanti
Surya N.
♥
Nurhaliamah ♥ Resti
♥
Hardianti Hi. Rahman ♥ Uci Supriadi
UPTD AKPER ANGING MAMMIRI
PROPINSI SULAWESI SELATAN
MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
limpahan-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, Salawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabiullah SAW. Kami menyadari bahwa
dengan selesainya tugas ini tidak terlepas dari berbagai belah pihak terutama Dosen
Pembimbing dan teman seperjuangan. Olehnya itu terimah kasih kami ucapkan yang
setinggi-tinggi kepada Beliau.
Sebagai manusia biasa tentulah dalam
penyusunan tugas ini terdapat berbagai kekurangan, baik yang disadari maupun
yang tidak disadari untuk itu penyusun dengan lapang dada siap menerima
kritikan dan saran dari berbagai belah pihak yang telah membaca tugas ini, demi
penyempurnaan dalam tulisan ini.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penyusun.
Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, `10 oktober 2012
KELOMPOK
1
DAFTAR
ISI
v KATA PENGANTAR …………………………………………………………………...i
v DAFTAR ISI……………………………………………………………………..………ii
v BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang……………………………………………………………………1
B.
Tujuan Penulis……………………………………………………………….……2
C.
Manfaat Penulisan………………………………………………………………...2
v BAB II PEMBAHASAN
I.
KONSEP MEDIS
A.
Pengertian …………..…………………………….…..……..………………......3
Klasifikasi
…………………………………………………..…..………………..5
B.
Etiologi …………………………………………………….................................9
C.
Patofisiologi…………………………………………………....………………....9
D.
Manifestasi Klinik
…………………………………………………..…………..10
E.
Pemeriksaan
Diagnostik……………………….……………...………………...10
F.
Pengobatan…………………………………………………...……………...….11
G.
Pencegahan Tertier…………………………………………...…………………12
II. KONSEP
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian…………………………………………………....………………….13
2.
Diagnosa Keperawatan……………………………………...…………………..14
3.
Perencanaan………………………………………………..…………………...15
4.
Pelaksanaan………………………………………………...…………………...26
5.
Evaluasi…………………………………………………....…………………….26
v BAB III PENUTUP
A.
Kesimpilan….…………………………………….………………...…………...28
B.
Saran ……….…………………………………………..…….……..……….…28
v DAFTAR PUSTAKA………………………..………….……...……………………….29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Leukemia merupakan kanker yang
terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang
leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta
apa yang terjadi jika terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang
disebut sebagai plasma darah, dan tiga kelompok sel darah. Kelompok
sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan
keping-keping darah.
Sel darah putih atau leukosit berfungsi
untuk melindungi tubuh terhadap infeksi atau serangan penyakit lainnya. Sel
darah merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali
ke paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses
pembekuan darah. Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel
darah yang abnormal dan dalam jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang
abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih. Sel-sel darah yang terkena
leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak mampu berfungsi
seperti layaknya sel darah normal.
Peran perawat sangatlah penting pada
kasus ini. Peran perawat sangat berguna untuk memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan standar keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien
dengan diagnosa leukemia.
Penyebab leukemia
sejauh ini belum diketahui. Namun banyak penelitian yang dilakukan untuk
memecahkan masalah ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih
sering menyerang kaum pria dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok
orang kulit putih dibandingkan dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini
belum diketahui mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami
sebagai penulis akan menerangkan asuhan keperawatan pada konsep teori penyakit
leukemia dengan asuhan keperawatan pada kasus penyakit leukemia tersebut.
B. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan latar belakang
diatas, tujuan penulisan terbagi 2 yaitu:
Ø
Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan leukemia
Ø
Tujuan khusus
a) Mampu menjelaskan konsep teori penyakit
leukemia
b) Mampu melakukan pengkajian pada klien
yang mengalami penyakit leukemia
c)
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang
mengalami leukemia
d) Mampu membuat rencana tindakan
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit leukemia
e) Mampu menerapkan rencana yang telah
disusun pada klien yang mengalami penyakit leukemia
f) Mampu menganalisa kesenjangan yang
terjadi antara konsep teori dengan aplikasi asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami penyakit leukemia
g) Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit leukemia
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diambil dari
pembuatan makalah ini yaitu pembaca dan penulis bisa lebih memahami materi
mengenai penyakit leukemia yang sesungguhnya.
BAB II
PEMBAHASAN
I. KONSEP
MEDIS
A. Pengertian
Istilah leukemia
pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih”pada tahun 1874,
adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi danproliferasi sel
induk hematopoetik.
Leukimia adalah
proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah (Prof. Dr. Iman, 1997).
Leukemia adalah neoplasma
akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa
nadi (Reeves, 2001).
Leukimia
adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukimia adalah proliferasi
tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan
elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).
Leukimia adalah suatu
keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel
hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang
lain(Mansjoer, 2002).
Leukimia
adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G,
2002 : 248 )
Leukemia (kanker darah)
merupakan suatu penyakit yang ditandai pertambahan jumlahsel darah putih
(leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tak terkendali serta
bentuk sel- sel darah putihnya tidak normal (Yatim,2003).
Leukemia adalah penyakit
mengenai sel darah putih yang mengalami pembelahan
yang berulang-ulang.penyakit ini semacam kanker yang menyerang sel-sel
darah putih.Akibatnya fungsi sel darah putih terganggu,bahkan sel-sel darah
merah dapat terdesak karena pertumbuhan yang berlebihan ini jumlah
sel darah merah menurun (Irianto,2004).
Leukemia merupakan suatu
penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan dari sel darah
putih (Handayani,2008)
Berdasarkan dari beberapa
pengertian diatas maka kami berpendapat bahwa leukimia adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Sel darah normal, sel
darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah bahan yang lembut
di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel darah yang disebut
sel batang dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang
dan kemudianpindah ke pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh
darah dan jantung disebut darah perifer. Sumsum tulang membuat berbagai
jenis darah sel.
Setiap jenis memiliki fungsi khusus:
a) Sel darah putih
membantu melawan infeksi
b) Sel darah merah
membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c) Trombosit membantu
gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan
Sifat khas leukemia
adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumusm
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di
llllllhati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis,
seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
KLASIFIKASI
1.
Leukemia Mielogenus
Akut (LMA)
LMA mengenai sel
stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit,
eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena;
insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik
yang paling sering terjadi.
2.
Leukemia
Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga
di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak
sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan. LMKjarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip
dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan
tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah
yang luar biasa, limpa membesar.
3.
Leukemia Limfositik
Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai
proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih
banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel
normal..
4.
Leukemia Limfositik
Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan
mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak
menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan
penyakit lain.
Anatomi
Fisiologi
a) Anatomi
Sel darah putih,
leukosit adalah sel yang
membentuk komponen darah .
Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai
bagian dari sistem kekebalan tubuh . Sel darah
putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat
menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga
11x109 sel darah putih di dalam seliter darah
manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap
milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah
putih .Dalam kasus leukemia ,
jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Di dalam tubuh,
leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu,
mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal . Leukosit
mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler,
partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisamembelah diri atau
bereproduksi dengan
cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic
pluripotent yang ada padasumsum tulang . Leukosit turunanmeliputi: selNK , selbiang , eosinofil ,basofil ,dan fagosit termasuk makrofaga , neutrofil ,
dan sel dendritik . Ada
beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau
sel polimorfonuklear yaitu:
1. Basofil .
2. Eosinofil .
3. Neutrofil .
1. Limfosit
2. Monosit .
(skema pembelahan sel darah
putih)
b)
Fisiologi
Fisiologi sel darah manusia
Leukosit
Leukosit adalah
sel darah berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit
rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini
disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam
mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit),
yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan
mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula,
sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung
sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil,
Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula
terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia
secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar
precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam sirkulasi
darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai
akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses
peradangan. (Effendi, 2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme
terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat,
leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke arah perifer sepanjang
pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan melakukan gerakan
amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit
untuk menyesuaikan dgn lubang kecillekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel
dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah
intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut
kemotaktik terarah oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).
Jumlah leukosit
per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir
15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun
sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung
pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas
dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan
Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka
memakan bakteria hidup
yang masuk ke sistem peredaran darah.melalui mikroskop adakalanya dapat
dijumpai sebanyak 10-20
mikroorganisme tertelan
oleh sebutir granulosit . pada waktu
menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan
amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan
berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia
dapat mengepung daerah
yang terkena infeksi atau cidera, menangkap
organisme hidup
dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain
seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang
sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang
memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit
atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya dimungkinkan. Sebagai hasil
kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama sekali.
Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah . Nanah beisi "jenazah"
dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel nanah .
demikian juga terdapat banyak kuman yang
mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang
sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh granulosit yang
sehat yang bekerja sebagai fagosit.
B. ETIOLOGI
Penyebab yang
pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1.
Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya
perubahan struktur gen ( T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV).
2.
Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal,
pengobatan kanker sebelumnya.
3.
Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen,
kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
4.
Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti
diethylstilbestrol.
5.
Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
6.
Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21
(Sindrom Down’s), Trisomi G (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s,
Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia.
C. PATOFISIOLOGI
a.
Normalnya tulang marrow diganti
dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast,
produksi eritrosit dan platelet terganggu
sehinggaakan menimbulkan anemiadan trombositipenia.
![](file:///C:/DOCUME~1/Wihda/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
b.Sistem retikuloendotelial akan
terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah
mengalami infeksi.
c. Manifestasi akan tampak pada gambaran
gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada
nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada
penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan
jaringan.
d.Adanya infiltrasi pada ekstra medular
akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri
persendian. (Suriadi, & Yuliani R, 2001: hal. 175).
D. MANIFESTASI KLINIK
§
Aktivitas :
kelelahan, kelemahan, malaise, kelelahan otot.
§
Sirkulasi
:palpitasi, takikardi, mur-mur jantung, membran mukosa pucat.
§
Eliminsi :
diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang, feses hitam, penurunan
haluaran urin.Integritas ego : perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut,
mudah terangsang, ansietas.
§
Makanan/cairan:
anoreksia, muntah, perubahan rasa, faringitis, penurunan BB dan disfagia
§
Neurosensori
: penurunan koordinasi, disorientasi, pusing kesemutan, parestesia, aktivitas
kejang, otot mudah terangsang.
§
Nyeri :
nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku hati-hati gelisah
§
Pernafasan :
nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi, gemericik, penurunan bunyi
nafas
§
Keamanan :
gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak terkontrol, demam, infeksi,
kemerahan, purpura, pembesaran nodus limfe.
§
Seksualitas
: perubahan libido, perubahan menstruasi, impotensi, menoragia.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hitung
darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
Hemoglobulin
: dapat kurang dari 10 gr/100ml
Retikulosit
: jumlah biasaya rendah
Trombosit
: sangat rendah (< 50000/mm)
SDP :
mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
PTT :
memanjang
LDH :
mungkin meningkat
Asam
urat serum : mungkin meningkat
Muramidase
serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
Copper
serum : meningkat
Zink
serum : menurun
Foto
dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
F.
PENGOBATAN
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty
Tejawinata, 1996) yaitu:
a. Memperbaiki
keadaan umum dengan tindakan:
-
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi
anemi. Apabila terjadi perdarahan
hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi
trombosit.
-
Pemberian antibiotik
profilaksis untuk mencegah infeksi.
b. Pengobatan spesifik
Terutama
ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung
pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
- Induksi
untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering
disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud
untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun
intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
-
Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak
memperbanyak diri lagi.
-
Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi
rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c. Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam
tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan
setelah 3 tahun remisi terus menerus.
G. PENCEGAHAN TERTIER
Pencegahan
tertier ditujukan untuk membatasi atau menghalangiperkembangan kemampuan,
kondisi, atau gangguan sehingga tidak berkembang ketahap lanjut yang
membutuhkan perawatan intensif.
Untuk penderita
leukemiadilakukan perawatan atau penanganan oleh tenaga medis yang ahli di
rumah sakit.
Salah satu
perawatan yang diberikan yaitu perawatan paliatif dengan tujuanmempertahankan
kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas penyakit.Selain itu
perbaikan di bidang psikologi, sosial dan spiritual. Dukungan moral dariorang-orang
terdekat juga diperlukan
II. KONSEP KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan
menyerang pada usia lebih dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada
penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah
terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
b) Riwayat penyakit
Pada
riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu
pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda
leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya
tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran
mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji
adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal,
nyeri ( Lawrence, 2003).
c)
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya
gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot.
d) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Perbedaan
pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.
e)
Riwayat psikososial
a.
Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan
cemas terhadap penyakit yang diderita. Klien sangat membutukan
dukungan dari keluarga dan perawat.
b.
Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga
maupun dengan tetangga disekitar rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga
yang membesuk serta klien hidup dalam keadaan ekonomi yang sederhana.
f) Data penunjang
Data
laboratorium pada klien dengan leukemia :
®
Anemi normokrom normositer
®
Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
®
Sitogenik : kelainan pada kromosom
12, 13, 14, kadang-kadang pada kromosom 6, 11
®
Hb
: 7,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL)
®
Trombosit
: 100.000 (150.000-400.000/mm3)
®
SDP : 60.000/cm (50.000)
®
PT/PTT : memanjang
®
Copper serum : meningkat
®
Zink serum : menurun
g) Penatalaksanaan
Terapi
dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :
®
Transfusi bila perlu
®
Klorambusil
2.
Diagnose
Keperawatan
1).
Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
2).
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3). Resiko terhadap cedera :
perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4). Resiko tinggi kekurangan
volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5). Perubahan membran mukosa
mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
6). Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah,
efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7). Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis
dari leukemia
8). Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
9). Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
10). Perubahan proses keluarga
berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia (Simon, 2003).
3. Rencana
Keperawatan
1).
Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil :
a.
Normotermia
b.
Hasil kultur negative
c.
Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
1.
Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Rasional
: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2. Tempatkan klien dalam
ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan
terpaparnya klien dari sumber infeksi
3.
Anjurkan semua
pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional
: untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4. Gunakan teknik aseptik yang
cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5. Evaluasi
keadaan klien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6. Inspeksi membran mukosa mulut.
Bersihkan mulut dengan baik
Rasional
: rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
7. Berikan periode istirahat
tanpa gangguan
Rasional
: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
8.
Berikan diet
lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9. Berikan antibiotik sesuai
ketentuan
Rasional
: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
2). Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan
toleransi aktifitas
Kriteria hasil : - klien tidak pusing
- Klien
tidak lemah
- HB
12 gr/%
- Leukosit
normal
- Tidak
anemis
Intervensi :
1. Evaluasi laporan kelemahan,
perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2. Berikan lingkungan tenang dan
perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler
atau penyambungan jaringan
3. Kaji
kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan.
Rasional
: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu
pemilihan intervensi
4.
Berikan bantuan
dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi
untuk tugas perawatan diri
5.
Kolaborasikan
pemasangan tranfusi darah
Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di
dalam darah klien.
3). Resiko terhadap cedera : perdarahan
yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
Tujuan
: klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Kriteria
hasil : HB 12gr/% ; Tidak anemis
Intervensi
:
1. Gunakan semua tindakan untuk
mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional
: karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia
2. Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang
luka cenderung untuk berdarah
3. Gunakan jarum yang kecil pada
saat melakukan injeksi
Rasional :
untuk mencegah perdarahan
4. Menggunakan sikat gigi yang
lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah
perdarahan
5. Laporkan setiap tanda-tanda
perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)
Rasional : untuk memberikan
intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6. Hindari obat-obat yang
mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin
mempengaruhi fungsi trombosit
7. Ajarkan orang tua
dan klien yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah
perdarahan
4).
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : Tidak terjadi
kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami mual dan muntah
Kriteria hasil :
-
klien tidak lemah dan anemis
- Turgor kulit baik
- Mukosa
bibir lembab, tidak sianosis
Intervensi :
1. Berikan
antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2. Berikan
antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3.
Kaji respon klien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang
secara umum berhasil
4. Hindari
memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional
: bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5.
Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional
: karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Berikan
cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
5).
Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
Tujuan :
pasien tidak mengalami mukositis oral
Kriteria hasil : - kesehatan oral klien baik
Intervensi :
1. Inspeksi mulut setiap hari untuk
adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan
yang segera
2. Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut,
aplikator berujung kapas atau jari yang dibalut
kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
4. Berikan pencucian mulut yang sering
dengan cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan
penyembuhan
5. Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir
tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6. Hindari penggunaan larutan
lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks
muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional
: agar makanan yang masuk dapat ditoleransi klien
8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan
infeksi
9. Dorong
masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area
nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin,
hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional
: dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat penyembuhan dengan memecah
protein dan dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi
sesuai ketentuan
Rasional
: untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
6). Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah,
efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang
adekuat
Kriteria hasil : - klien tidak pucat
- Klien
tidak anemis
- Mukosa
bibir lembab
- Nafsu
makan meningkat
- Bb
meningkat
Intervensi :
1. Dorong klien untuk
tetap rileks saat makan
Rasional
: jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
2. Izinkan klien memakan
semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk memperbaiki kualitas
gizi pada saat selera makan klien meningkat
Rasional
: untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3. Berikan makanan yang disertai
suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas
Rasional
: untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4. Izinkan klien untuk
terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional
: untuk mendorong agar klien mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan
jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil
biasanya ditoleransi dengan baik
6. Dorong klien untuk
makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional
: kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat
memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7. Timbang BB, ukur TB dan
ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi
malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB kurang dari normal
7). Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
Tujuan
: klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun
sampai tingkat yang dapat diterima klien
Kriteria
hasil : - skala nyeri 3
Intervensi
:
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan
skala 0 sampai 5
Rasional : informasi
memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
2. Jika mungkin, gunakan
prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa
tidak aman
3. Evaluasi efektifitas penghilang
nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan
perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4. Lakukan teknik pengurangan
nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5. Berikan obat-obat anti nyeri
secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya
nyeri
8).
Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
Tujuan
: klien mampu mempertahankan integritas kulit
Kriteria
hasil : -
klien bersih
- Klien
merasa nyaman
Intervensi
:
1. Berikan perawatan kulit yang
cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung
mengalami ulserasi
2. Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi
dan mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan dengan air hangat dan
sabun ringan
Rasional : mempertahankan
kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4. Kaji kulit yang kering
terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit
kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen
kemoterapi
5. Anjurkan pasien untuk tidak
menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi
atau trauma kulit
6. Dorong masukan kalori protein
yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan
nitrogen yang negative
7. Anjurkan memilih pakaian
yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional
: untuk meminimalkan iritasi tambahan
9). Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
Tujuan
: pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Kriteria
hasil : -
keluarga tidak cemas
- Klien
memahami instruksi dari perawat
Intervensi
:
1. Berikan penutup kepala yang
adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya
perlindungan rambut
2. Anjurkan untuk menjaga agar
rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan
parsial
3. Jelaskan bahwa rambut mulai
tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk
menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
4. Dorong hygiene dan alat
alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias,
dan pakaian yang menarik
Rasional
: untuk meningkatkan penampilan
10).
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia
Tujuan : pasien atau
keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik
atau terapi
Kriteria hasil
: - klien dn keluarga bisa memahami prosedur yg dismpaikn prawat
- Klien dan keluarga tidak
cemas
Intervensi :
1. Jelaskan
alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien
Rasional : untuk meminimalkan
kekhawatiran yang tidak perlu
2. Jadwalkan
waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional
: untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3. Bantu
keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu klienmenjalani kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan
perkembangan klien yang optimal
4. Dorong
keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan kliensebelum
diagnosa dan prospek klien untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada
keluarga untuk menghadapi rasa takut
secara realistis
5. Diskusikan bersama keluarga
bagaimana mereka memberitahu klien tentang hasil
tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional
: untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6. Hindari untuk menjelaskan
hal-hal yg tidak sesuai dengan kenyataan yg ada
Rasional
: untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga (Doenges, 1999)
4 Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan adalah
pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil
yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga
pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang
telah ditentukan dapat tercapai.
5 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian
terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a. Klien tidak
menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas
sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi
aktifitas.
c. Klien tidak menunjukkan
bukti-bukti perdarahan.
d. Klien menyerap makanan dan
cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh,
ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Klien beristirahat
dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Klien mengungkapkan
masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, klienmembantu menentukan
metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini
dan klien tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j. Klien dan keluarga
menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan
tentang penyakit klien dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan
perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.
k. Keluarga tetap terbuka untuk
konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan klienmendiskusikan rasa
takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien
dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat (Wong. D.L, 2004).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kelompok kami
yaitu Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia.
Untuk mengetahui tentang leukemia, kita harus mengenal dahulu
sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika terkena leukemia.Dan
kepadapembaca dan penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit
leukemia dilihat dari perbandingan data di lahan dan konsep teori yang
sesungguhnya.
B. Saran
Kami yakin makalah ini banyak
kekurangannya maka dari itu kami sangat mengharapkan saran dari teman-teman
dalam penambahan untuk kelengkapan makalah ini,karna dari saran yang kami
terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari teman-teman
kami ucapkan terima kasih.
DAFTRA PUSTAKA
v Carpenito, Lynda Juall.
(1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi
2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
v Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana
Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
v Mansjoer, Arif & Suprohaita.
(2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.
v
Smeltzer
Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
v
Reeves,
Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika; 2001